HIMPUH

Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus

Amalan di Mina

Amalan yang Perlu Dilakukan Selama Mabit di Mina

TANYA:

Ustaz, amalan apa yang harus dilakukan selama mabit di Mina ?

Hamba Allah
Cianjur, Jawa Barat

JAWAB:

Amalan selama mabit di Mina pada hari nahar dan tasyrik adalah:

Pertama, melontar Jumrah ‘Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Waktu utama adalah dhuha. Namun dibolehkan hingga terbenam matahari. Jika ada uzur syar’i sehingga melewati waktu itu, tidak mengapa melontar setelah terbenam matahari. Caranya adalah dengan melontar tujuh kerikil dengan bertakbir pada tiap lontarannya. Lalu berdoa menghadap kiblat “Allahummaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron” (Ya Allah jadikanlah haji ini mabrur dan dosa yang diampuni).

Kedua, ber-tahallul. Mencukur rambut, baik dengan memendekkan maupun menggunduli. Gundul lebih utama dibandingkan cukur pendek. Nabi mendoakan 3 kali bagi yang dicukur habis (gundul) dan mendoakan satu kali bagi yang hanya memendekkan. Sedangkan untuk wanita cukuplah ber-tahallul dengan memotong beberapa helai rambutnya saja.

Ketiga, Jika memungkinkan, pada tanggal 10 Dzulhijjah tersebut jamaah berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan thawaf ifadhah beserta sa’i. Jika berat untuk dilakukan, dibolehkan menunda pelaksanaan thawaf ifadhah tersebut hingga akhir hari tasyrik, bahkan sebagian ulama membolehkan sampai akhir Dzulhijjah.

Keempat, menyembelih hewan hadyu pada hari nahar (10 Dzulhijjah) ataupun hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Al-hadyu adalah “bahiimatul an’am” (binatang ternak) seperti unta, sapi, dan domba, yang disembelih karena Allah dalam rangka haji. Binatang tersebut suka diberi kalung sebagai tanda, karenanya disebut juga “al-qalaid” artinya binatang berkalung.

Kelima, melontar Jumrah Ula, Wustha, dan ‘Aqabah di hari-hari tasyrik. Setiap hari melontar tiga kali tujuh batu. Caranya, di Jumrah Ula jamaah melontar tujuh buah batu, setiap lontaran bertakbir “Allahu Akbar”, boleh juga “Bismillahi Allahu Akbar”. Lalu menghadap ke arah Ka’bah berdoa “Allahummahaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron”. Pada Jumrah Wustho juga melontar tujuh buah batu dengan takbir dan berdoa, sama sebagaimana saat di Jumrah Ula. Sedangkan saat Jumrah ‘Aqabah, jamaah setelah melontar tujuh buah batu tidaklah berdoa menghadap kiblat lagi, melainkan langsung berlalu saja. Kembali ke kemah.

Keenam, selama berada di kemah, maka jamaah melakukan berbagai kegiatan seperti shalat di jamak qashar, membaca Qur’an, berzikir, ataupun mendengarkan tausiyah dari para pembimbingnya.

Demikian amalan selama mabit di Mina. Bagi mereka yang mengambil nafar awwal maka pada tanggal 12 Dzulhijjah, sebelum maghrib, jamaah telah meninggalkan Mina menuju Mekkah. Sedangkan bagi yang mengambil nafar tsani barulah pada tanggal 13 Dzulhijjah jamaah itu kembali ke Mekkah.

HM Rizal Fadillah
Pembimbing Haji/Umrah dan Pimpinan SYARAFA Tour & Travel Bandung

Categories:

Tags:


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *