Dimensi ibadah haji yang perlu dipahami tidak hanya terfokus pada ritualnya semata, tapi juga hakikat dari seluruh ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia.
Rasulullah saw. pernah bersabda, โณAmbillah dari aku tata cara berhaji.โณ Hadits Nabi tersebut menegaskan bahwa segala tata cara dalam berhaji sudah memiliki perincian maknanya masing-masing. โณKarena itu, para jamaah haji sangat perlu memahami makna tahapantahap an ibadah haji yang dilakukannya,โณ kata Guru Besar IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS.
Ia menjelaskan, ketika kita memakai pakaian ihram dan mengumandangkan talbiyah, itu merupakan cerminan komitmen kita untuk datang memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. โณPakaian ihram yang sama untuk seluruh jamaah haji juga memiliki makna bahwa kita semua sebagai umat Islam adalah sama di mata Allah,โณ lanjut dai kondang yang akrab dipanggil Kiai Didin itu.
Melaksanakan tawaf di Kaโbah dan berjalan mengitari Kaโbah sebanyak tujuh kali, lanjut Kiai Didin, memiliki makna bahwa umat Islam merupakan umat yang dinamis dan jujur. โณTawaf yang dilaksanakan tujuh kali hanya di pelataran Kaโbah saja mencermin kan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan oleh umat Islam hendaknya selalu dilaksanakan di jalan Allah dan hanya berdasarkan petunjuk Allah SWT, โณ tandas Ketua Umum BAZNAS itu.
Sedangkan berlari-lari kecil antara bukit Shafa den Marwah ketika saโi, kata Didin, memiliki makna bahwa kita tidak boleh berputus asa terhadap rahmat Allah. โณSama dengan Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim) yang tidak berputus asa memohonkan keselamatan anaknya dan mencarikan air untuk anaknya, Ismail, yang tengah menangis kehausan,โณ paparnya.
Bagaimana dengan tahalul? Ritual haji tersebut pun mengandung makna yang sangat dalam. โณMencukur rambut merupakan bukti syukur kita dan kepatuhan kita terhadap perintah Allah SWT dengan mengorbankan sesuatu yang amat kita sayangi. Dalam hal ini, mengorbankan hal yang kita cintai tersebut direpresentasikan oleh mencukur rambut,โณ tuturnya.
Ia pun mengupas makna melempar jumrah, yakni agar kita menjauhkan diri dari segala sifat buruk yang biasa dimiliki setan. โณSegala sifat iri, dengki, sombong, dan takabur merupakan sebagian dari sifat buruk yang terdapat dalam diri setan yang coba kita hilangkan dengan cara melempar jumrah,โณ ungkapnya.
Selain memahami makna tahapan-tahapan ibadah haji, Didin juga mengingatkan para calon jamaah haji agar menghindari atau meninggalkan hal-hal yang dilarang, khususnya selama mengerjakan ibadah haji. โณSelama kita berhaji, janganlah berbicara kotor, jangan bercumbu, dan jangan saling berbantahan sesama umat Muslim. Tidak kalah pentingnya, jangan pernah menyombongkan diri,โณ tegasnya.
Karena itulah, sebelum melaksanakan ibadah haji, para calon jamaah haji perlu meningkatkan pemahamannya tentang Islam maupun tatacara berhaji yang sebaik-baiknya. โณLakukanlah persiapan dengan banyak membaca buku dan bertanya kepada orang yang telah pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya,โณ Kiai Didin menyarankan.
Ustadz H Bobby Herwibowo, Lc. mengatakan karena ibadah haji merupakan ibadah yang apabila mampu wajib dilaksanakan sekali seumur hidup, maka perlu pemahaman ilmu keagamaan yang baik. โณKetika kita sedang melaksanakan rukun haji seperti tawaf, saโi, dan melempar jumrah kita harus memahami hakikat dari rukun yang kita laksanakan tersebut,โณ kata anggota Dewan Pengawas Syariah Dompet Dhuafa Republika.
Ia menambahkan, karena haji merupakan puncak dari seluruh perintah Allah, maka dimensi ibadah yang perlu dipahami tidak hanya terfokus pada haji semata tapi juga hakikat dari seluruh ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia. โณIbadah haji tidak hanya tergantung pada pelaksanaan rukun dan wajibnya semata tapi juga harus dilengkapi dengan perbaikan akhlak yang semakin menuju kemuliaan,โณ jelas Bobby.*